Hutan Berpenghuni

 Malam itu, empat orang pemuda—Rian, Siska, Danu, dan Icha—memutuskan untuk berkemah di sebuah hutan yang dikenal warga sebagai Hutan Larangan. Konon, siapa pun yang masuk setelah matahari terbenam tak akan kembali sama seperti semula. Tapi rasa penasaran mereka lebih besar dari rasa takut. Dengan tenda dan senter seadanya, mereka mulai berjalan ke dalam hutan yang diselimuti kabut tebal.

Saat malam menjelang, suara-suara aneh mulai terdengar. Ada bisikan lembut yang tak jelas dari mana asalnya, seperti seseorang memanggil nama mereka satu per satu. Danu menertawakannya dan berkata itu hanya suara angin, tapi tiba-tiba lampu senter Siska padam, dan dari kejauhan tampak sosok perempuan berambut panjang berdiri di antara pepohonan. Matanya menatap lurus ke arah mereka, tanpa berkedip.

Mereka segera berlari kembali ke arah jalan keluar, tapi anehnya, jalur yang mereka lalui berubah. Pohon-pohon seolah berpindah tempat, membuat mereka berputar di tempat yang sama. Icha mulai menangis ketakutan saat mendengar suara tawa perempuan menggema di sekitar mereka. Saat Rian menoleh, Siska sudah tidak ada di belakangnya. Yang tertinggal hanyalah bekas jejak kaki yang berhenti tiba-tiba di tanah berlumpur.

Malam semakin gelap, dan kabut semakin pekat. Danu mencoba menyalakan api unggun, tapi nyala apinya berwarna biru dan mengeluarkan bau busuk seperti daging terbakar. Di tengah cahaya api itu, muncul bayangan tubuh Siska—namun wajahnya pucat dan matanya hitam legam. Ia mendekat perlahan sambil berbisik, “Kalian tidak seharusnya datang ke sini…”

Keesokan paginya, warga menemukan tenda mereka terpasang rapi di pinggir hutan. Namun hanya ada satu orang yang duduk diam di depannya—Rian. Ia masih memegang senter yang sudah mati, menatap kosong ke arah pepohonan. Saat polisi datang menanyakan teman-temannya, Rian hanya tersenyum samar dan berkata, “Mereka belum pulang… mereka masih di sana, bermain dengan penjaga hutan.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUDI GUNCANGAN PRO MAX